Mengapa Hanya Sedikit Anak Kecil Terpapar Virus Corona Ketimbang Orang Dewasa?
Ilustrasi - Anak kecil (foto: net) |
Di Indonesia sendiri ada 1.285 kasus positif COVID-19, 114 meninggal dan 64 sembuh. Virus corona banyak menjangkiti pasien lansia dan orang dewasa dengan imunitas rendah atau memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi, diabetes, jantung dan gangguan pernapasan.
Dari ratusan ribu kasus positif, jumlah anak-anak yang terinfeksi virus corona jenis baru ini terbilang masih sangat sedikit. Studi di China yang dilakukan sejumlah ilmuwan menunjukkan dari 745 anak kecil di China yang menjalani tes corona, hanya 10 yang teridentifikasi positif.
Seperti dikutip dari Business Insider, tujuh di antaranya mengalami demam dan sisanya batuk-batuk, sakit tenggorokan serta nyeri. Tidak ditemukan anak positif COVID-19 yang mengalami gejala berat seperti sesak napas atau pneumonia.
New Scientist juga melaporkan hasil tak jauh berbeda. Dua ilmuwan, Zunyou Wu, MD, PhD dan Jennifer M. McGoogan, PhD, dari Chinese Center for Disease Control and Prevention, menulis hasil penelitian terhadap 44. 672 orang dan menemukan kurang dari 1 persen anak kecil yang positif virus corona. Tidak ditemukan juga anak kecil yang meninggal dalam 1.023 kematian.
Penyebab sedikitnya kasus anak kecil yang positif virus corona masih jadi misteri di kalangan ilmuwan. Sebab pada jenis flu biasa, justru anak-anak dan orang tua yang rentan mengalami gejala berat. Hal ini pun semakin membuktikan bahwa Sars-Cov-2 penyebab penyakit COVID-19 merupakan jenis virus corona yang benar-benar baru dan masih butuh banyak penelitian lebih lanjut untuk mengenali karakternya secara akurat.
"Belum ada yang punya jawaban terbaik untuk hal ini," kata Akiko Iwasaki dari Universitas Yale, seperti dikutip dari New Scientist.
Ada beberapa spekulasi yang menjelaskan kenapa kasus COVID-19 sangat minim dialami anak kecil. Salah satunya berhubungan dengan perbedaan respons imun tubuh antara anak kecil dan orang dewasa.
Chris van Tulleken dari University College London menjelaskan, sistem imun pada anak kecil masih terus berkembang, sehingga mereka terlindung dari respons daya tahan tubuh yang membahayakan, yang disebut cytokine storm.
Saat terjadi wabah SARS atau flu burung (penyakit yang disebabkan virus corona jenis lain) beberapa tahun lalu, dua hasil penelitian menunjukkan bahwa tubuh anak kecil hanya memproduksi cytokine dalam jumlah relatif sedikit dan itu lah yang melindungi mereka dari kerusakan paru-paru parah.
Seperti diketahui, kala itu kebanyakan orang dewasa yang menderita flu burung meninggal dunia karena paru-parunya rusak berat atau pneumonia. Hal itu bukan semata disebabkan oleh virus sendiri, melainkan efek dari infeksi virus itu yang memperberat kondisi paru-paru.
Ketika virus flu burung menginfeksi sel paru, ia menggertak respon imun yang disebut dengan sitokin. Cytokine di paru-paru tidak hanya melawan virus, tapi juga menyebabkan sel-sel paru itu menjadi rusak.
Infeksi virus menyebabkan badai sitokin atau cytokine storm di dalam paru-paru. Berdasarkan penelitian terhadap COVID-19, diketahui penyakit tersebut juga menyebabkan pneumonia, yang semakin parah terutama pada lansia atau mereka yang berusia di atas 55 tahun.
"Saya melihat bahwa pada kasus pasien [Covid-19] yang pneumonia berat, respon imunnya hampir sama dengan respon imun yang digertak oleh virus flu burung," kata Guru besar Universitas Airlangga (UNAIR), Chairul Anwar Nidom, seperti dilansir detikhealth.
Pendapat para ilmuwan di atas memang bisa sedikit memberi pencerahan, namun bagaimana sistem imun pada anak kecil bisa memberikan respons yang berbeda saat terpapar virus corona jenis baru, masih jadi pertanyaan besar. Saat ini hanya ada dua kemungkinan; anak kecil yang memang jarang terekspos banyak orang di tempat umum sehingg risiko tertular minim, atau memang cara kerja imun tubuh mereka dalam merespons virus corona berbeda dari orang dewasa.
Meskipun kasus positif COVID-19 pada anak kecil masih sangat minim, bukan berarti para orangtua mereka bisa santai, dan mengabaikan kebersihan mereka. Tetap jaga kebersihan, berikan edukasi tentang pentingnya cuci tangan, hindari mengajak anak kecil ke tempat umum dan berikan mereka asupan vitamin serta gizi lengkap untuk mendukung daya tahan tubuh melawan berbagai virus.